Konfirmasitimes.com-Jakarta (23/12/2020). Masalah gizi yang terjadi pada masa remaja akan meningkakan kerentanan terhadap penyakit di usia dewasa serta berisiko melahirkan generasi yang bermasalah gizi.
Oleh karena itu, perkembangan saat remaja sangat menentukan kualitas seseorang untuk menjadi individu dewasa.
Hal tersebut disampaikan Plt Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Kartini Rustandi dalam temu media virtual Hari Gizi Nasional ke-61 bertajuk “Remaja Sehat Bebas Anemia,” pada Jumat (22/01/2021).
“Tiga dari 10 remaja mengalami anemia dan ini akan berpengaruh kepada masalah kesehatan yang selanjutnya. Seperti penyakit tidak menular, produktivitas dan prestasi menurun, termasuk masalah kesuburan,” kata Kartini.
Remaja putri yang menderita anemia berisiko menjadi wanita usia subur yang anemia selanjutnya menjadi ibu hamil anemia, bahkan juga mengalami kurang energi protein. Ini meningkatkan kemungkinan melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dan stunting.
Komplikasi saat melahirkan serta beberapa risiko terkait kehamilan lainnya. Untuk remaja putri, Kartini berharap akan menjadi calon-calon ibu yang sehat, sehingga pada saat hamil, akan melahirkan anak-anak yang sehat, Indonesia bisa bebas stunting.
Kartini mengatakan anemia pada remaja puteri disebabkan gaya hidup yang kurang sehat. Merujuk pada data Riskesdas tahun 2018, sekitar 65 persen remaja tidak sarapan, 97 persen kurang mengonsumsi sayur dan buah, kurang aktivitas fisik serta konsumsi Gula, Garam, dan Lemak (GGL) berlebihan.
Bagaimana reaksi Anda?